Poso membara! Rentetan kekerasan bahkan terus bergulir pasca konflik massal 1998-2001. Peledakan bom, perampokan bersenjata, pembunuhan warga masyarakat dan aparat seakan tanpa ujung. Sekian banyak peristiwa kekerasan bernuansa teror terus terjadi tanpa dapat diungkap pelakunya.
Sabtu, 29 Oktober 2005, Poso gempar lagi. Pagi itu ditemukan tiga tubuh siswi berseragam SMU bersimbah darah, tanpa kepala, tergeletak mengenaskan di jalan setapak Bukit Bambu. Tak lama kemudian, tiga kepala siswi tersebut ditemukan di dua tempat berbeda, disertai surat ancaman untuk mencari kepala-kepala lain.
Bagi warga Kabupaten Poso khususnya, dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya, insiden itu menimbulkan klimaks ketidakpercayaan terhadap pemerintah, aparat keamanan, maupun penegak hukum. Takut dan putusasa menghinggapi mereka.
Di kancah nasional, peristiwa mutilasi 3 siswi itu merebak menjadi isu panas di media massa, DPR, Pemerintah Pusat, Komnas HAM, bahkan di kalangan masyarakat internasional. Melalui Pansus Poso DPR RI meminta Menkopolhukam dan sejumlah menteri terkait, termasuk Kapolri dan Panglima TNI, untuk menjelaskan situasi Poso.
***
Saya merasa bangga dan menaruh penghargaan kepada penulis, yang di sela-sela kesibukannya melaksanakan tugas masih sempat berbagi pengalaman dinasnya selama melaksanakan Operasi Investigasi di Poso.
-- Jenderal Polisi Drs. SUTANTO, Kapolri
Ketika saya sedang di Poso pun terjadi kasus penembakan yang tidak jauh dari lokasi tempat saya dan tim menginap. Ini menunjukkan bahwa jaringan pelaku benar-benar berani dan menjadi ancaman yang amat serius bagi masyarakat. Syukur, Satgas ini berhasil melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.
-- Komjen Polisi Drs. R. MAKBUL PADMANAGARA
Wakapolri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberikan Komentar