Jika kita meneladani pola tidur dan bangun Nabi saw., niscaya itu lebih baik bagi jasad kita, di dunia maupun di akhirat. 1. Ibnul Qoyyim berkata, “Barangsiapa yang memperhatikan pola tidur dan bangun beliau n, niscaya mengetahui bahwa tidur beliau tersebut paling proporsional dan paling ber-manfaat untuk badan, organ, dan kekuatan. Beliau tidur di awal malam, bangun di awal separoh kedua, berdiri lantas bersiwak dan berwudhu, serta melaksanakan sholat yang oleh Alloh diwajibkan bagi beliau.” 2. Salah satu pola tidur Nabi saw. adalah tidur bertumpu pada sisi badan sebelah kanan, supaya makanan bisa mengambil tempat di lambung dengan baik. Sebab, posisi lambung cenderung sedikit miring ke sebelah kiri. Kemudian, beliau berbalik bertumpu sedikit pada sisi kiri, supaya dengan begitu proses pencernaan lebih cepat karena condongnya lambung di atas hati. Kemudian beliau kembali tidur bertumpu pada sisi kanan lagi, agar makanan segera larut dari lambung; jadi posisi permulaan dan posisi terakhir tidur bertumpu pada sisi kanan. Terlalu lama tidur bertumpu pada sisi kiri memba-hayakan jantung disebabkan oleh condongnya organ tubuh kepadanya, sehingga beberapa materi tumpah kepadanya. 3. Diriwayatkan dari ‘آisyah bahwa Nabi saw. apabila selesai melaksanakan sholat dua rokaat fajar -maksudnya sholat sunnat fajar-, beliau berbaring di atas sisi kanannya.288) 4. Posisi tidur yang sangat buruk adalah berbaring bertumpu pada punggung. Namun jika berbaring di atas punggung itu sekedar untuk istirahat, tanpa disertai tidur, tidak mengapa. 5. Posisi yang lebih buruk lagi adalah tidur dengan tengkurap. 6. Tidur di siang hari tidak baik, menimbulkan beberapa penya-kit bersifat basah (ruthûbiyah), merusak warna, menyebabkan gangguan limpa, mengendurkan saraf dan melemahkan syahwat, kecuali pada musim panas dan di pertengahan siang. Yang sangat buruk adalah tidur saat dini hari (pagi), dan yang lebih buruk lagi adalah tidur di sore hari, sesudah Ashar. 7. Suatu ketika, Ibnu ‘Abbâs melihat salah seorang anaknya tidur pagi, maka ia berkata kepada anaknya itu, “Apakah kamu tidur pada saat rezeki dibagikan?”289) 8. Tidur di terik matahari merangsang munculnya penyakit tersembunyi. Tidur dengan sebagian tubuh di bawah sinar matahari, sedangkan sebagian yang lain di tempat yang teduh, adalah buruk. Rosululloh saw. telah melarang seseorang duduk di suatu tempat antara terik matahari dan tempat yang teduh.290) 9. Rosululloh saw. bersabda : “Hendaklah kalian melaksanakan qiyâmul lail, karena qiyâmul lail adalah tradisi orang-orang sholih sebelum kalian, mengusir penyakit, dan mencegah dari dosa.”291) 10.Biasanya, bila beliau beranjak ke peraduan di malam hari, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya, kemudian berdoa : “Allôhumma bismika amûtu wa ahyâ (Ya Alloh, dengan nama-Mu aku mati dan hidup).” 11.Dan apabila bangun, beliau berdoa : “Alhamdulillâhi `l-ladzî ahyânâ ba’da mâ amâtanâ wa ilaihi `n-nusyûr (Segala puji bagi Alloh, yang telah meng-hidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya kami kembali).”292) Pola Bangun Nabi saw. Apabila ayam jantan berkokok, beliau mengucapkan tahmid, takbir, tahlil, dan memanjatkan doa kepada Alloh. Lalu beliau bersiwak. Kemudian beliau berwudhu, berdiri melaksanakan sholat, bermunajat di hadapan Robbnya dengan membaca Kalam-Nya, memuji-Nya, serta berharap dan takut kepada-Nya. Adakah pemeliharaan kesehatan hati, badan, ruh, kekuatan, dan kenikmatan dunia serta akhirat yang melebihi ini?!293) ____________________________________________________ 288) Shohîhu `l-Bukhôrî (1160). 289) Ath-Thibbu `n-Nabawî, Ibnul Qoyyim, hal. 239-246. 290) Shohîhu `l-Jâmi‘ (6840) dan As-Silsilatu `sh-Shohîhah (838). 291) Shohîhu `l-Jâmi‘ (4079). 292) Shohîhu `l-Bukhôrî, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albânî dalam Misykâtu `l-Mashôbîh (2382). 293) Ath-Thibbu `n-Nabawî, Ibnul Qoyyim hal. 239-246.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberikan Komentar