Puisi adalah serpihan hati. Dia hadir oleh panggilan alam. Membentang di tengah hiruk pikuknya dunia. Dia tak pernah takut dengan muramnya kehidupan, karena dia adalah representasi dari kehidupan. Satu hal yang tak pernah terlupakan dalam sejarah kehidupan manusia.
Kadang kala kita memahami puisi tak lebih dari sekedar pelarian saja atas tajamnya kerikil dunia. Tentu saja anggapan demikian tak berdasar sama sekali. Karena saya sadar banyak hal dalam hidup yang mungkin untuk dihadirkan lewat torehan estetis yang menggerakkan hasrat hidup. Pada posisi ini puisi kemudian menjadi jalan utama.
Dalam keadaan apapun kita tidak hendak membela “makhluk” puisi ini—dia hadir dengan eksistensinya sendiri. Dia hidup dan menghidupkan setiap jiwa yang mati oleh gelapnya dunia.
Dengan demikian puisi adalah ungkapan hidup yang hakiki. Keindahannya adalah nilai estetik hidup. Kematian baginya adalah impian, oleh karena di dalamnya bermuara sungai kehidupan yang kekal abadi. Aku ingin hidup dengannya. Aku rindu bersamanya.
By: Lilik Ishaq
Jember, 7 Juli 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberikan Komentar