oleh : Rafli Zulfikar
Indonesia 2009, adalah indonesia yang mencoba untuk berbenah. hal ini bisa dilihat dari terpilihnaya Wakil rakyat periode 2009-2014 dan berlanjutnya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemenangan duet SBY dengan Boediono pada pemilu juni lalu yang diselenggarakan secara langsung, jujur dan adil versi KPU dinilai oleh sebagian pengamat adalah kemenangan rakyat karena mampu meraup suara melebihi separo daftar pemilih tetap (DPT) dan juga raihan suara mayoritas oleh partai pemerintah dan koalisi di DPR. Dengan dilantiknya SBY-Boediono pada oktober kemarin dan didukung kekuatan partai pemerintah di legislatif, bangsa ini menaruh harapan kepada pemerintah yang baru dengan gebrakan kebijakan yang mampu mengimplementasikan janji-janji kampanye. Progam 100 hari dirumuskan dengan membawa semangat baru. Utamanya pada prediksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 7% selain masalah Politik, Sosial, Budaya serta Pertahanan dan Keamanan.
Perjalanan pemerintahan SBY-Boediono yang masih seumur djagung menuai banyak rintangan mulai permasalahan kisruh DPT yang sampai sekarang tak menemui jalan terang, kasus boil out Bank Century yang terindikasi pidana, kasus cicak versus buaya yang menyedot perhatian rakyat, dengan rekomendasi tim pencari fakta atau tim 8 yang dikomandoi adnan buyung nasution, kasus ini semakin melihatkan kebobrokan peradilan bangsa ini selain kasus-kasus lain yang masih dalam balutan kebisuan. Dari banyaknya badai yang menghantam bangsa ini ada secuil prestasi yang ditorehkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal ke III sebesar 4,2% tetapi hal ini perlu digaris bawahi bahwa pertumbuhan ekononomi Kuartal ke III adalah pertumbuhan padat modal sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan klasik tentang mengurangi pengangguran.
Tidak cukup kiranya bahwa permasalahan ini adalah permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah saja tetapi harus ada partisipasi masyarakat untuk membangun kembali bangsa ini dan bangun dari tidurnya yang cukup lama, membaca kembali save our nation dengan merefleksikan moment hari pahlawan 10 noveber lalu dan iedul adha yang membawa pesan egaliter, kebersamaan, gotong royong dengan ritual yang menitikberatkan pada distribusi daging kurban pada yang berhak. Sudah saatnya kita rapatkan barisan, gotong royong, membangun indonesia baru, wajah baru sesuai kapasitas dan kemampuan kita sehingga kita bersama mampu meng-indonesa-kan INDONESIA bukan indochina, indocarefour, dan indo-indo yang lain
*) Penulis adalah kader komisariat fisipol angkatan 2009, saat ini juga tercatat sebagai anggota UKMF Prima (Majalah Kampus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberikan Komentar