Rumah baru itu kami sebut dengan “Rumah Peradaban”
Essay lepas tentang “ruang” baru Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Jember Komisariat Fisipol Universitas Jember.
Hari Sabtu, 07 Januari 2012 tepat ba’da isya, kami resmi meninggalkan rumah lama di jalan bangka 7 no 5 menuju rumah baru di jalan Belitung no 27. Tidak ada yang spesial dari pindahan rumah kali ini, karena seperti biasa orang pinadahan rumah, kami juga melakukan hal yang sama, berkemas, angkat-angkat properti, dan sebagainya.
Selama 3,5 tahun, kami berproses menjadi insan cita, suatu insan yang menjadi tujuan HMI. 3,5 tahun juga kami berproses menjadi keluarga yang tidak lagi di ikat oleh keturunan, etnis, golongan, jurusan tapi kami di ikat oleh HMI, diikat oleh komfis. 3,5 tahun kami ditemani rumah bangka 7 no 5 dalam berproses, dia adalah saksi dari lahirnya kaum intelegensia yang kami sebut sebagai insan cita.Di rumah bangka 7 no 5 juga, lalu lintas ide berlalu lalang, konstelasi politik, dan budaya komfis menjadikan kami, optimis menatap Indonesia yang lebih baik, optimis menjawab problem keumatan, optimis terhadap masa depan ijtihad keislaman.
Kembali ke prosesi pindahan rumah, pindahan rumah memberikan semangat baru, semangat untuk menciptakan budaya yang lebih baik dari yang selama ini ada pada rumah bangka 7 no 5. Semangat itu terwujud dari ide yang muncul untuk konsep dekorasi ruang tamu, konsep perpustakaan, koperasi kejujuran sampai pada ide untuk menata hal yang remeh temeh seperti tempat sandal harus aman agar angka kehilangan sandal berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Terinspirasi dari ruang diskusi seperti di Salihara, Teather utan kayu (TUK), Komunitas Bambu, dll, Ruang diskusi kami di rumah baru juga akan mengadopsi konsep Salihara dimana ruang diskusi harus “room of hope” ruang yang mengispirasi, maka dari itu foto tokoh Islam seperti Nurcholish Majid, Natsir, Lafran pane, Ahmad Wahib, atau bahkan dari Internasional seperti Malcom X, Yaser Arafat, Fazrul Rahman, Muhammad Abduh mengihasi Perpustakaan atau yang kami sebut sebagai ruang peradaban dan juga ruang diskusi di ruang tamu.
Konsep Perpustakaan juga sama, kami terinspirasi dari perpustakaan macam C20 Library di Surabaya, Perpustakaan Freedom Institute, dimana ketika masuk di hadapkan pada Quote tokoh yang menginspirasi, macam Soekarno “Beri aku 10 pemuda maka akan kurubah dunia” serta disertai koleksi yang lengkap dan up date dan yang lebih penting perpustakaan harus mempunyai trade mark.
Misalnya Perpustakaan C20 Library dengan spesifikasi Budaya jadi buku tentang budaya sangat lengkap. Begitu juga dengan Perpustakaan Freedom institute yang koleksi terlengkapnya adalah political sciences and philosophy of liberalism. Begitu juga dengan rencana perpustakaan kami, trand mark akan di desain dengan islamic, politic and Sosial Sciences. Upaya ini kami rintis dengan menggandeng beberapa institusi seperti Freedom Institute, Frederick Naumman Stiftung yang sudah menyupalai buku, begitu juga dengan sumbangan dari Alumni yang menghibahkan buku. Hal ini karena hanya dengan Iqra’, membaca, kami meneladani Rasullah. Meneladani beliau membangun Madinah.
Sangat Ambisius memang, tapi bukanya itu adalah awal dari segala hal yang baik. Sangat Utopis, tapi bukanya itu adalah yang sempurna seperti kata Aristoteles. Dari semagat yang membara itu kami beri Nama Rumah baru itu dengan Rumah peradaban. Tekad kami hanya satu, yakin usaha sampai [].
|
|
Rafli Zulfikar : Dept Data Anggota sekaligus Ketua Umum HIMAHI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Memberikan Komentar