Jumat, 17 Mei 2013

Sudahkah HMI Menjawab Tantangan Zaman?


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah oragnisasi yang besar dan mempunyai tujuan yang luar biasa yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT”. Dari tujuan tersebut organisasi ini mengharapakan agar para anggotanya mempunyai kualitas akademis yang berpengetahuan luas, kritis, berfikir serta berlaku obyektif. Mampu mengamalkan ilmu yang dimilikinya untuk kehidupan bermasyarakat. Mampu melihat peluang dan menciptakan atau memperbaiki keadaan menjadi lebih baik serta memwujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai himpunan mahasiswa islam segala perilaku dan perbuatan yang dilakukanpun harus sesuai dengan ajaran agama islam serta segala perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan dihadapan manusia dan Tuhannya.

Tetapi apakah tujuan HMI sudah terlaksana?. HMI menginginkan Negara Indonesia tetap bertahan dan mempertinggi derajat masyarakat Indonesia serta menegakkan dna mengembangkan ajaran islam. Langkah nyata apa yang sudah dilakukan para anggota HMI?. Apakah perjuangan HMI hanya sampai pada era orde baru?. Sebagai himpunan mahasiswa yang besar HMI masih bersifat individual. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya untuk kepentingan para anggotanya saja. Hanya sesekali dalam setahun HMI melakukan kegiatan bagi masyarakat yaitu dengan bakti sosial (Baksos). Tapi apakah cukup kegiatan tersebut untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur?. HMI yang beranggotakan mahasiswa seharusnya mampu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera dan seharusnya mampu membantu menyelesaikan masalah yang ada di Indonesia pada umumnya dan disekitar HMI berdomisili khususnya. Para anggota HMI masih bersifat pasif dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan yang dilakukan hasilnya tidak dibagikan kepada masyarakat tetapi untuk dirinya sendiri. Sebagai mahasiswa seharusnya kita mampu untuk mengamalkan ilmu yang kita peroleh, mampu dan mau unutk melihat apa masalah yang ada disekitar kita. 

Lalu bagaimana caranya? Dan dari mana kita memulainya?
Yang pertama perlu dilakukan yaitu menumbuhkan kesadaran dan semangat pada diri kita untuk memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang makmur dimulai dari diri kita, lingkungan sekitar untuk mau membaca, memahami, dan menyelesaikan masalah yang terjadi dilingkungan sekitar. Setelah tumbuh kesadaran dan semangat untuk berubah, kita mulai melakukan langkah nyata dengan hal yang paling mudah seperti kita amalkan ilmu yang kita miliki untuk anak-anak yang mungkin tidak mampu mendapatkan pendidikan, kita amalkan pengetahuan agama islam kepada anak-anak dengan mengadakan taman pendidikan anak dan alqur’an (TPA/Q) disekitar kita. Mengadakan tukar pendapat dengan warga sekitar untuk mengetahui masalah apa yang terjadi dan menyelesaikan bersama. Mengadakan ketrampilan bisnis atau kewirausahaan untuk anggotanya dan untuk orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menjadi insan akademis, pengabdi, pencipta yang bertanggung jawab.

HMI tidak menginginkan anggotanya cerdas tetapi tidak berakhlak mulia. Tidak pula berakhlak mulia dan patuh terhadap ajaran agama tetapi tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak pula kader yang peduli terhadap bangsanya tetapi melanggar aturan agama. Tidak pula anggotanya menjadi insan akademis dan mengabdi pada masyarakat dan mengatas namakan Tuhan dan HMI untuk kepentingan dirinya sendiri. Serta berlaku tidak seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat. Tetapi HMI ingin mencetak generasi akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT untuk mempertahankan Negara Indonesia serta mengembangkan ajaran agama islam tanpa melanggar aturan agama ataupun merugikan orang lain.

Semoga dihari jadinya yang ke-66 cita-cita mulia HMI dapat terwujud dan para anggotanya di seluruh tanah air Indonesia lebih melakukanlangkah nyata untuk mempertahankan bangsa Indonesia serta mampu memberikan teladan bagi masyarakat bagaimana berperilaku dan bertindak yang sesuai agama serta mampu mengamalkan ilmuyang dimilikinya. Sehingga tercipta hubungan yang baik antar sesame manusia dan terwujudnya masyarakat yang damai dan sejahtera.
YAKIN USAHA SAMPAI UNTUK KEMAJUAN!!! Selamat Ulang Tahun HMI Tercinta…

oleh: Azizah Kader Komfis 2012

Editing: Dep. KPP

Selasa, 24 April 2012

Ketua Umum Terpilih, dibalik Suasana RAK

Irham Maulana Mubarri (21), seorang mahasiswa Administrasi Niaga (ADNI) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang mulai berproses di HMI pada tahun 2008. Dia bergabung saat dia masih menjadi seorang mahasiswa baru yang mengagumi seorang anggota HMI (Afton Ilman Huda, Azhari Evendi) yang menjabat sebagai ketua umum pada massa itu. Prosesnya selama di HMI telah mengantarkan Irham berfikir kedepan bagaimana memajukan organisasi yang telah dia ikuti selama ini. Hingga akhirnya tanggal 19 Maret 2012, tepat pukul 01.45 dalam sidang pleno ke-4 RAK ke XXX Irham terpilih menjadi seorang Formatur Periode 2012-2013.

Rak yang berlangsung selama 48 hari merupakan moment yang penuh pertanggungjawaban pengurus akan tindakan yang telah dilakukan selama satu periode kepengurusan.

Alfian Saktidarmanto dengan tanggap dan tegas menjawab lemparan-lemparan pertanyaan dalam forum RAK. Didampingi para punggawa lainnya, M. Arbak Muzaki selaku Sekertaris Umum, Aulia Kamal Altatur sebagai Kabid PPPA, Gigiek Sugiharto sebagai kabid PTKP, Faizal Rosiqi sebagai kabid KPP, dan Dheka Agung Mulyono sebagai wasekum PTKP. Moment pertanggungjawaban yang cukup lama ini telah memberikan pembelajaran yang efektif bagi kader-kader HMI komfis untuk belajar berorganisasi.

Pada Saat LPJ dinyatakan selesai, moment-moment terindah bagi kepemimpinan Alfian Saktidarmanto dan M. Arbak Muzaki yang telah setia dan berkomitmen dalam membangun komisariat fisip. Hal ini ditengarai dengan tetesan air mata haru yang menetes dari kedua pemimpin itu.

Kesetiakawanan, pembelajaran, kepercayaan, dan komitmen yang dibangun oleh tim pengurus sebelumnya yang tangguh dalam menghadapi masalah apapun dengan kecakapan yang mereka miliki. Hal ini sebenarnya yang merupakan kekuatan budaya yang telah melembaga di komisariat FISIPOL.
Kali ini dalam moment RAK, kita telah belajar tentang banyak hal...


Diolah dari redaksi rumah peradaban, jl. belitung raya 27.

Pelantikan Pengurus “Regenerasi kepengurusan sebagai bentuk penyelarasan dan pengukuhan integritas terhadap tujuan untuk mewujudkan komisariat unggulan”


Jember, 22 april 2012 tepat pukul 20.13 dilaksanakan pelantikan kepengurusan HMI cabang jember komisariat fisip digedung GNI Futsal. Tepat 34 hari setelah pemilihan Formateur yang dilaksanakan digedung PPP. Suasana pelantikan berlangsung dengan khikmat dengan dihadiri 84 peserta se-HMI cabang jember pelaksanaan acara berlangsung meriah dengan tampilnya artis-artis HMI komisariat fisip. Maulidiyah Septiarini terkesan anggun dalam menyanyikan lagu darah juang Hmi diiringi dengan petikan gitar akustik oleh Setalah 48 hari RAK Dian Ayu Rohani. Peserta pelantikanpun dibuat terpesona dengan puisi Karawang-Bekasi yang dibawakan oleh Risalatul Umami.
Suasana berlangsung seru dan mendebarkan saat SK kepengurusan dibacakan oleh Rosi yang dilanjutkan dengan dilaksanakannya pelantikan oleh Jamal Bakhtir selaku PJ cabang jember, pembacaan sumpah diikuti oleh seluruh kepengurusan yang berjumlah 31 orang.
Sambutan-sambutan disampaikan yang diawali oleh Dimas Mahadmarasa selaku ketua panitia yang dilanjutkan dengan sambutan dari ketua umum demisioner Alfian Saktidarmanto dan sambutan Irham Maulana Mubarri selaku ketua umum terpilih periode 2012-2013. Tidak kalah menarik sambutan dari kakanda Ahmad Ganefo yang mewakili keluarga alumni HMI komisariat Fisipol yang telah memperjuangkan HMI komisariat fisipol hingga tetap ada hingga saat ini.
Sarahsehan yang membangkitkan semangat disampaikan oleh Kakanda Umaidi Radi yang merupakan perintis terbentuknya komisariat fisipol. Beliau telah berjasa hingga komisariat fisipol menjadi komisariat yang besar dilingkungan Hmi Cabang Jember. Petuah dan nasehat yang beliau sampaikan telah membangkitkan semangat para kader HMI untuk memperoleh nilai yang memuaskan namun tetap dapat berproses di HMI.
Acara pelantikan yang begitu menyenangkan akhirnya harus berakhir pada pukul 22.38.
YAKUSA
Muslim Intelektual Profesional
Ditulis dari redaksi rumah peradaban Jl. Belitung Raya no. 27

Rabu, 28 Maret 2012

THE EMPOWERING OF WOMAN

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, berkembang pula peradaban penduduk dalam tatanan masyarakat dunia, hal tersebut juga mempengaruhi exsistensi perempuan yang selama ini hanya berada pada posisi terpinggirkan dan senantiasa menjadi subordinat bagi peran laki- laki. Wacana tersebut dianggap sebagai hal yang paten oleh para lelaki, mereka menganggap remeh keberadaan perempuan. Perempuan cenderung di pandang sebelah mata dan disudutkan dalam berbagai hal. Kondisi inilah yang dipandang sebagai penyebab utama langgengnya praktek penindasan serta diskriminasi terhadap perempuan di seluruh aspek kehidupan, baik skala rumah tangga, masyarakat, maupun negara.
Ketika kita membicarakan partisipasi perempuan dalam politik, khususnya di Indonesia sudah jelas bahwa peran dan partisipasi perempuan dalam politik Indonesia sangatlah rendah. Dapat dilihat dengan jelas dalam semua bidang pemerintahan, baik dalam tingkat pengambil keputusan, eksekutif, legislative, yudikatif, maupun birokrasi pemerintah, partai politik, dan kehidupan public lainnya. Kita bisa mengamati bahwa hanya sedikit partisipan perempuan yang berkecimpung dalam roda perpolitikan di Indonesia. Perempuan tetap menjadi mayoritas kelompok masyarakat yang paling miskin dan tertindas. Hal tersebut merupakan marjinalisasi serta situasi politik yang mengucilkan perempuan dalam dunia politik. Perempuan dianggap tidak kompeten dalam masalah politik. Sudah jelas bahwa pemberdaya perempuan masih sangat minim sekali khususnya di Indonesia, masih banyak perempuan yang terdiskriminasi dan tidak mendapatkan tempat yang layak seperti halnya laki-laki.
Berdasarkan pandangan terhadap fakta tersebut, para aktifis perempuan mendobrak dengan mengangkat isu kehidupan dalam kesamaan dan keterbukaan. Yakni kemampuan sama sekali tidak terkait dengan jenis kelamin, sehingga tidak ada perbedaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Dengan ini perlu adanya pendekatan yang terdiri atas langkah-langkah khusus demi kesetaraan gender, agar perempuan mempunyai akses yang sama dan dapat menikmati manfaat yang sama dengan laki-laki terhadap kesempatan dan peluang yang ada. Maka dari itu perlu adanya pemberdayaan perempuan, yakni suatu upaya atau dorongan penyadaran terhadap kaum perempuan untuk mandiri dalam menjalani kehidupan, dengan cara memperkaya potensi diri dengan berbagai macam ilmu maupu keterampilan agar bisa bersaing di era global baik dengan maupun tanpa laki- laki.
            Perempuan tidak hanya bergantung terhadap laki-laki selaku pencari nafkah dalam keluarga. Akan tetapi Perempuan merupakan sosok yang mandiri dan memiliki sifat yang jauh lebih baik dari laki-laki pada umumnya, seperti setia, jujur, peyayang, lembut, dan penuh pengertian. Sifat-sifat inilah yang membedakan perempuan dengan laki-laki. Beberapa kelebihan tersebut seharusnya menjadi kekuatan bagi perempuan untuk tidak selalu di remehkan oleh para lelaki, sebagai perempuan kita bisa tunjukkan taring kita dan yakin bahwa kita bisa lebih baik dari mereka.

Anisatus Zakiyah*
*penulis adalah Mahasiswa HI 08 dan pengurus Kabid PP komisariat fisipol 2010-2011 


Rabu, 25 Januari 2012

Hitam Putih Feminisme di Indonesia

Bila berbicara mengenai feminisme erat kaitannya dengan keberadaan perempuan.   Dalam Hal ini feminisme identik dengan gerakan untuk memperjuangkan kesamaan hak, keseteraan dan keadilan perempuan sederajat dengan pria. Menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, sertatindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut[1]. Munculnya gerakan feminisme sendiri terilhami oleh teori konflik Marx dan Engels dimana asal mula penindasan perempuan karena adanya sistem kapitalis.
Di dalam susunan keluarga terdapat sistem hirarkis yang begitu nampak dimana meletakkan pria diumpakam sebagai kaum borjuis dan perempuan sebagai proletar. Pria selalu berperan sebagai kepala keluarga yang mengurusi wilayah “publik”, sementara perempuan hanya bertugas mengurusi permasalahan “domestik” seperti pekerjaan dapur, rumah tangga, dan utamanya adalah melayani suami. Hubungan yang tercipta nampak seperti hubungan yang bersifat eksploitasi yang dilakukan pihak pria terhadap perempuan.
Hadirnya feminisme dipengaruhi dengan adanya revolusi industri dan modernisasi. Dengan adanya kemajuan dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah memberi kesempatan bagi perempuan untuk menunjukkan eksistensi diluar wilayah “domestik”. Sejarah Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannyadengan kelahiran Era pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785. Kemudian pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women (1869)[2]. Seiring dengan adanya globalisasi dan gelombang demokratisasi maka gerakan feminisme ini pun mulai menyebar layaknya virus menjangkiti seluruh dunia, termasuk Indonesia.
            Sejarah perempuan di dunia menggambarkan nasib perempuan yang selalu dalam kemalangan, lemah tak berdaya tanpa perlindungan pria. Mulai dari perbedaan perlakuan, kekerasaan, hingga perbudakan pernah dialami perempuan. Bahkan di Afghanistan, kaum perempuan dilarang bekerja, menghibur diri, bahkan keluar rumah. Lalu bagaimana dengan nasib perempuan di Indonesia?? Rupanya tidak jauh berbeda dengan cerita-cerita pilu perempuan di dunia. Terlebih dengan adanya pengaruh kebudayaan di Indonesia.
Kebudayaan Indonesia mayoritas bersifat patriarki atau primordial dimana dominasi pria. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik hak-hak kaum perempuan biasanya memang lebih inferior ketimbang apa yang dapat dinikmati oleh pria, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris cenderung menempatkan kaum pria didepan, di luar rumah dan kaum perempuan dirumah. Perempuan juga tidak dapat menikmati pendidikan. Bahkan dalam budaya jawa anak perempuan sudah didik untuk menjadi pengurus rumah tangga yang baik dan tunduk pada pria yang sudah dijodohkan dengannya. Bahkan perempuan dinikahkan di usia muda sudah menjadi biasa, karena dengan dinikahkan maka keluarga akan lepas tanggungjawab dan beban atau dengan pernikahan tersebut akan mengangkat perekonomian keluarga.
Dari segi cara berpakaian dan tingkah lau pun perempuan sangat dibatasi. Hingga akhirnya gerakan feminisme di Indonesia dimulai. Digawangi oleh R.A Kartini sebagai tokoh pelopor. Kartini hidup sebagai gadis “pingitan” dalam keluarga bangsawan jawa yang feodal. Namun nasib kartini beruntung karena dapat menegyam pendidikan daripada gadis-gadis di lingkungannya. Karena pertemannya dengan para teman “belanda”nya membuka pemikirannya. Yang ingin diperjuangkan Kartini adalah pendidikan  untuk perempuan. Tulisan-tulisannya yang dikumpulkan dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini yang menjadi momentum munculnya kesadaran para perempuan dan hadirnya feminisme di Indonesia. Sosok Kartini adalah insprirasi bagi perempuan Indonesia.
Kehadirannya sedikit lebih telah mendobrak dan mengubah pandangan perempuan dalam budaya jawa. Kini efeknya dapat kita rasakan dalam masyarakat modern. Dimana budaya-budaya lama sedikit demi sedikit telah luntur. Kini perempuan-perempuan di Indonesia bebas berekspresi dan mengenyam pendidikan hingga setinggi mungkin. Kesempatan kerja pun banyak diberikan untuk perempuan. Bahkan peran perempuan sudah menjalar hingga kehidupan berpolitik. Tidak sedikit tokoh perempuan yang turun dalam dunia perpolitikan. Dengan naiknya Presiden Megawati juga menunjukkan bahwa perempuan dapat diterima sebagai pemimpin sebuah negara. Dimana anggapan bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin dapat terpatahkan. Hak-hak perempuan pun mulai dijamin negara. Meskipun nasib perempuan Indonesia mengalami masa pencerahan, namun kenyataanya masih saja terdapat perlakuan yang diskriminatif, pelecehan dan kekerasaan pada perempuan.
Meskipun gerakan perempuan Indonesia telah menorehkan prestasi yang perlu dicatat dengan lahirnya UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,  bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga psikis, seksual, atau penelantaran (Bab III pasal 5) namun kekerasan rumah tangga yang diterima perempuan masih bnayak terjadi. Belum lagi kasus pemerkosaan, pelecehan, dan lain sebagainya. Dalam hal berpolitik juga tampak adanya tindakan diskriminatif. Terbukti dengan pembatasan jatah kursi bagi anggota DPR perempuan. Di wilayah desa pinggiran yang tak tersentuh modernitas dan masih tradisional dimana masyarakatnya hidup dengan pendidikan yang rendah pun nasib perempuan masih dalam keterpurukan. Begitulah Hitam putih feminisme di Indonesia. Harapannya perempuan Indonesia dapat  merasakan kebebasan dan keadilan yang sama dengan pria sehingga tidak adanya cerita pilu lagi mengenai perempuan di Indonesia.

Phyta Cristalia*
*penulis adalah mahasiswa HI 08 dan kader komisariat fisipol



Jumat, 20 Januari 2012

Emasipatoris dan Kesadaran Semu

Perjalanan manusia di bumi meninggalkan banyak cerita dan fenomena yang tercatat dalam sejarah. Dalam suatu fenomena akan menghasilkan sebuah persepsi dari individu yang kemudian akan menghasilkan sebuah konsep. Tak sedikit dari sekian banyaknya teori sosiologi, bertolak pada suatu kejadian penting dari perjalanan panjang manusia. Teori juga bisa dikatankan sebagai pisau analisis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial. Tidak sedikit dari mereka berlomba-lomba mengahasilkan sebuah teori dan tentunya teori itu ingin diketaui, kemudian diakui kebenarannya. Namun, tidak menutup kemungkinan relevansi dari sebuah teori dapat dipertanyakan kembali pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu timbul berbagai polemik serta diskursus untuk mempertanyakan keabsahan dan kebenaran dari bermacam teori, saling tindas (krtik) dari suatu teori terhadap teori lainnya memberikan warna tersendiri dari perjalanan ilmu sosiologi.
Emansipatoris
            Berbicara kritik, mengikatakan saya pada salah satu mata kuliah yang saat ini saya tempuh. Dinamakan sebagai teori kritik mungkin karena teori ini banyak berisi bermacam kritikan terhadap teori atau konsep yang telah ada sebelumnya. Sependek yang saya pahami teori ini memiliki tujuan emansipatoris dan praksis, artinya teori ini ingin membebaskan masyrakat dari belunggu ideologis, dogmatis dan faktor lainnya yang dapat memberikan tekanan terhadap individu. Tekanan atau belenggu akan membunuh kreativitas dari individu dan terkadang hal itu menimbulkan apa yang disebut Marx dengan kesadaran palsu. Namun, seperti yang saya utarakan di awal, bahwa ini hanya sependek pengetahuan saya, dan pada kesempatan kali ini saya tidak akan membahas banyak tentang teori kritik karena sekali lagi bahwa saya belum mengetahui terlalu banyak dan perlu membuka lagi bab-perbab yang berkenaan dengan pemahaman teori kritik.
            Membebaskan mungkin satu kata itu yang membuat saya bertanya, apakah bebas itu baik...? mungkin kata bebas itu lebih dekat dengan sisi humanis, artinya memanusiakan manusia, yaitu tidak ada penindasan, pengekangan dan paksaan terhadap individu. Tidak dapat dipungkiri, sering kali saya dan mungkin banyak lagi teman-teman senasip dan seperjuangan lainnya, kususnya di jurusan sosiologi angkatan 2008 yang saat ini menempuh teori kritik. Terkadang kami merasa tertekan dengan banyaknya agenda tugas yang harus diselesaikan. Masih terdengar di telinga ketika seorang teman disebelah saya berbisik saat diakhir mata kuliah teori sosiologi kritik, “apa yang harus saya fokuskan saat ini? Apakah laporan mengenai kajian atau mata kuliah ini (baca: kuliah kriti)?”.
            Perlu kita pahami bersama bahwa apa yang dimaksud dengan “Emansipatoris” disini bukan semata-mata sebagai pembebasan dari kendala-kendala sosial, seperti perbudakan, kolonialisme, kekuasaan yang menindas, tetapi juga dari kendala-kendala internal, seperti gangguan psikis dan juga “ketidaktahuan” (F.Budi Hardiman 2009). Sperti yang kita ketahui bersama bahwa kita yang menyandang status Mahasiswa memiliki tiga fungsi; yaitu Agen of change, Agen of Knowledge dan agen Agen of Control. Untuk mewujudkan tiga fungsi tersebut maka perlu kiranya seorang mahasiswa memiliki sifat kritis. Seprti yang di ungkapkan oleh tokoh sosiologi kritis sebelumnya khususnya pada Mazhab frankfrut, yaitu Adorno dan hokheimer, mereka meletakkan kaum revolusieoner (yang menciptakan revolusi) pada kaum cendikiawan dan mahasiswa. Mereka menyatakan hal tersebut karena memiliki alasan bahwa cendikiawan dan mahasiswa yang memiliki sifat kritis. Gerakan mahasiswa 1998 merupakan catatan besar dalam sejarah bangsa ini, mengenai perjuangan mahasiswa yang melawan sistem totaliter pada zaman orde baru. Pada saat itu mahasiswa mampu membuktikan bahwa mereka adalah agen perubahan, yaitu melepaskan tekanan dari orde baru menuju masyarakat yang Demokratis.
            Habermas menyatakan bahwa refleksi-diri merupakan metode yang digunakan oleh Teori Kritik. Refleksi-diri adalah “kritik” yang dapat membebaskan orang yang melakukan refleksi-diri itu dari hubungan ketergantungan (F.Budi Hardiman 2009). Untuk dikatakan sebagai orang yang kritis diperlukan refleksi dan dorongan yang memiliki kepentingan kognitif emansipatoris. Berkenaan dengan permasalahan diatas mengenai perasan saya yang beranggapan adanya paksaan atau tekanan atas agenda tugas yang terkadang terkesan sangat padat. Mungkin metode refleksi-diri saya kira cukup baik untuk menjelaskan permaslahan ini. Memberikan tugas-tugas dan diharuskan membaca buku literatur yang banyak pula terhadap mahasiwa merupakan hal yang umum, meskipun terkesan sedikit memaksa. Hal tersebut bukan berarti tanpa alsan yang jelas, karena menurut saya setiap dosen pasti memiliki kepentingan atau keingin luhur, yaitu untuk menjadikan mahasiswanya menjadi insan yang memiliki intelektual yang baik. “Dipaksa, Terpaksa, kemudian Terbiasa dan Pada akhirnya bisa” mungkin proses mengajar seperti itu yang diterapkan oleh mereka karena memang dari pihak  mahasiswa itu sendiri kurang kritis terhadap dirinya sendiri. Artinya, terkadang mahasiswa kurang malakukan refleksi-diri. Kita sebagai mahasiswa terkadang melupakan akan kepentingan, tujuan dan alasan keberadan kita di kota Jember khususnya di Universitas Jember, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik, jurusan sosiologi.

            Pada dasarnya tujuan kita melanjutkan jenjang pendidikan diperguruan tinggi adalah untuk mengasah intelektual kita agar lebih layak untuk dipergunakan. Akan tetapi, tujuan awal tersebut dapat dikaburkan oleh beberapa faktor dewasa ini, salah satunya adalah teknologi. Hampir semua mahasiswa pada umumnya, memiliki alat teknologi yang canggih seperti laptop. Alat itu bisa dibilang merupakan kebutuhan primer bagi mahasiswa karena digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, akan tetapi laptop juga bisa dikatak sebagai kebutuhan sekunder karena terkadang masyarakat kita sering mengadopsi gaya hidup negara-negara maju. Kebanyakan menurut mereka teknologi melambangkan “orang maju” dan status sosial di dalam masyarakat. Artinya, kalu mau dikatakan maju harus memiliki alat teknologi. Mahasiswa gak punya laptop...? gengsi dong.....!!!!
            Adanya teknologi memang memiliki dampak positive dan negative, laptop yang kita miliki banyak mempunyai fungsi, yaitu bisa untuk mengetik, menonton film, main game dll. Namun, pada kenyataannya laptop lebih banyak digunakan untuk menonton film atau game dari pada mengetik. Misalnya akhir-akhir ini marak sekali game onlein yang tersedia di FB (facebook) ditambah dengan berlakunya jual beli cip dari permainan tersebut. Sehingga hal itu banyak menarik minat para kaula muda untuk bermain, hal tersebut didorong lagi dengan adanya  cafe yang menyediakan wifi. pesan satu gelas kopi dengan harga 5000 rupiah kita dapat onlein sepuasnya. Lebih parahnya lagi, banyak dari mereka sampai-sampai ketiduran di cafe tersebut. Mungkin inilah rute kegiatan  mahasiswa zaman sekarang, Malam Pacaran dilanjutkan dengan WIFI-an, Pagi Ketiduran, Siang ongkang-ongkang sambil rokokan , Wal Hasil Kuliah Berantakan......!!! (dan semoga semua itu hanyalah  sebuah gurauan.... hahay..... piss bro.....)
Fefleksi-diri sangat penting untuk membebaskan dari hubungan ketergantungan. Dan seperti yang dijelaskan diatas bahwa “emansipatoris” bukan semata-mata sebagai pembebasan dari kendala-kendala sosial, seperti perbudakan, kolonialisme, kekuasaan yang menindas, tetapi juga dari kendala-kendala internal, seperti gangguan psikis dan juga “ketidaktahuan”. Maka dari itu jika kita ingin dikatakan bebas, maka kita harus membebaskan diri dari ketidaktahuan, dengan mencari tahu apa yang belum kita tahuhi.  (Boleh Kritis, tapi tak Boleh Anarkis, gunakanlah rasio komunikatif)

*) Ruslan Wahyudi wasekum KPP komisariat fisipol
            

Minggu, 15 Januari 2012

“W A R U N G I L M U”


Suatu hari ketika panas terik pada siang ini begitu banyak enegi yang terserap hingga kebingungan serta pikiran yang sulit dilakukan untuk menebus sebuah perbuatan untuk meyakini bahwa hari ini saya dapat menaklukan seegala keraguan. Namun, dengan kepastian saya putuskan untuk beranjak dari tempatku untuk meluncur kesebuah warung dengan perut lapar dan akhirnya saya menempatkan diri di sebuah warung kecil di pinggiran kota yang penuh ilmu. Dan kenapa saya menyebutkan warung itu ada diantara kota yang penuh ilmu, karena warung tersebut terletak di dekat salah satu perguruan  tinggi negeri di jember. Itu sekilas  tempat warung yang saya datangi hari ini. Anehnya meski saya sering lewat di depan warung bahkan saya sering juga mampir untuk menyempatkan diri seperti hal nya untuk sekedar makan, minum , dan sejenisya yang mendukung untuk nongkrong, baru kali ini saya sadar mencoba menuliskan sebuah luapan pikiran dan sedikit menceritakan tentang apa yang saya alami ketika saya berada di warung istimewa ini .
 
 Kenapa saya berani mengungkapkan bahwa warung ini adalah warung istemewa karena menurut  beberapa kawan saya, bahwa warung ini telah melahirkan banyak orang - orang besar seperti aktivis pada zaman nya sampai orang – orang tersebut bisa menemukan jatidiri mereka. Namun kalian jangan salah presepsi karena warung ini bukanlah warung yang megah bahkan warung ini bukan sebuah lembaga maupun tempat untuk belajar secara formal tetapi warung ini memang benar – benar  warung sederhana . warung itu banyak kunjungan dari berbagai macam orang, dari masing – masing orang itu memiliki kelebihan dan pengalaman masing – masing, hingga saya berasumsi  “ bahwa warung yang saya singgahi hari ini bukan warung biasa tapi sangat luar biasa “ .
            Memang dari  sisi kondisi fisik bangunan warung itu tidak jauh beda dengan warung lainya namun yang berbuat berbeda adalah orang – orang yang datang di warung itu. Sangat luar biasa saya lihat segala aktifitas yang saya saksikan begitu banyak pikiran serta uraian kata – kata yang penuh arti dari obrolan – obrolan kecil yang sebenarnya memberikan makna yang sangat besar ( diskusi ).
            Di sela – sela aku menulis cerita dalam sebuah buku kuning, saya melihat dari arah timur datang sesosok pemuda yang membawa tas di punggungnya, dia langsung memberikan energy positif dengan senyuman yang khas untuk diberikan pada saat bertemu dengan saya. Namun sela beberapa detik pemuda itu bertanya kepada saya “ ngano apa ben lek, bik noles apa  be’en lek” artinya lagi apa kamu sekarang dik, menulis apa sekarang….. nah ini adalah sapaan  pertama yang memaksa diriku untuk berbicara dan berhenti menulis. Saya merasakan bahwa suasana warung disini sangatlah harmonis.
Dengan aktivitas itulah sering di alami oleh siapapun yang datang di warung  itu seperti sapaan yang saya terima pada hari ini adalah salah satu bentuk suasana yang menggambarkan keharmonisan dalam warung sederhana ini. Tidak hanya itu banyak aktivitas lainya seperti gurau bersama, main catur, hingga berdiskusi itulah sedikit gambarannya suasana di warung pada saat saya menemukan inspirasi untuk menulis kisah ini, dan banyak aktivitas lainya yang masih belum saya ketahui karena saya di warung ini masih belum tau banyak tentang warung sederhana ini namun dengan sedikit pengetahuan saya tentang warung ini saya sudah mendapatkan titik penting yang sangat bearti bagi saya  memang kadang manusia tidak bisa berfikiran sama namun hari ini saya merasakan bahwa saya benar -  benar mendapatkan pengalaman pertama yaitu menulis warung sederhana ini. Ini manfaat dari diri saya mungkin manfaat lainya juga bisa dirasakan oleh kawan – kwan yang lainya.   
Anehnya lagi! Warung itu mempunyai julukan yang sangat tidak asing  saya dengar setiap harinya , warung itu benar – benar bernama WARUNG MAK – NO! hehehe saya sempat bingung memberikan judul tentang tulisan saya kali ini sebelumnya saya tidak pernah bingung ketika saya menulis sesuatu dan memberi judul dan kali ini saya di bingungkan dengan judul Tulisan saya ini. Kenapa saya bingung karena saya tidak memiliki sumber yang jelas terkait warung itu setelah sekian banyak kawan saya akhirnya dari ucapan – ucapan kawan saya dan dia juga berkali kali menyebutkan “ IYA WARUNG ITU MEMANG WARUNGNYA MAK – NO “ nah saya rasa ini cocok untuk judul tulisan saya hari ini. Setelah saya mencoba basa – basi dengan logikaku akhirnya saya mencoba mendekati mak No di warung saya sedikit berdialok kecil. Sebelumnya saya penasaran dengan nenek yang satu ini dia berpenampilan sederhana namun dengan kesederhanaan dia hingga orang yang disekitarnya merasakan kenyamanannya.
            Sebenarnya saya sudah menulis banyak tentang ini namun karna mati listrik yang bikin tulisan saya kehapus semua padahal tulisan saya sebelumnya sudah cukup banyak dan lengkap namun bagi saya tidak ada halangan untuk menulis sebuah karya yang jujur. Beginilah ujian bagi orang yang ingin menulis sebuah karya tapi saya sekarang akan tetap berusaha meski ada satu ulasan yang mengatakan bahwa “penulis itu harus menggunakan etika” (Thomas L. Friedman),  namun saya membantah ulasan itu karna saya yakin bahwa ketika sesorang ingin membuat sebuah karya maka tidak ada batasannya. Dari crita saya hari ini saya menemukan titik penting yang harus saya perhatikan bahwa dengan kesederhanaan seperti mak –No kita patut menghargai bahwa sosok mak – No yang begitu sederhana namun nenek itu bisa memeberikan dampak luarbiasa terhadap apa yang dia tekuni. Ternyata ketika kesumgguhan serta kejujuran kita sebagai kesibukan sehari – hari maka kebaikan itu akan menghampiri kita meski dengan kesungguhan yang penuh perjuangan.
Mungkin ini ceritaku hari ini tentang warung M’- NO Saya yakin suatu hari nanti saya akan melanjutkan cerita ini saya akan mencari kesempatan yang sama seperti hari ini dan akan mengkaji kesempatan yang akan datang untuk yang lebih baik.
Pesan: untuk semua pelanggan dan pengunjung Mak No
M A K   N O
M = Mahasiswa
A= Akademis
K = Kritis

N = Nasionalis
O = Organisatoris

Mahasiswa harus mempunyai prestasi AKADEMIS yang baik, selalu berpikir KRITIS, dan cinta kepada tanah air (NASIONALIS). Demi mewujudkan itu semua maka semua mahasiswa disarankan untuk melakukan proses di ORGANISASI .

Foto 2298.jpg

  *) Wibi Asto Bangun - Kader HMI Komfis Angkatan 2010 sekaligus menjabat Sebagai Divisi Public Relation HIMAKES (Himpunan Mahasiswa Kesejahteraan Sosial) Universitas Jember dan juga tercatat sebagai President Schoool of Democracy Divisi Malang
 


                                                                                          

Seni HMI Komisariat Fisipol


Seni merupakan salah satu bagaian yang tidak bisa dipisahkan dari perwujutan manusia unggul atau kami sebut dengan Insan Cita. Oleh karena Itu Seni tidak bisa dipisahkan dari HMI sebagai "kawah Candra dimuka" untuk menumbuhkan jiwa seni itu sendiri. Hal seperti diekspresikan dalam bentuk Pagelaran Seni yang di laksanakan oleh Komisariat Sastra. 

HMI komisariat Fisipol sebagai salah satu bagian dari "kawah Candra dimuka" mahasiswa Fisip Universitas jember, tidak ketinggalan untuk mengekspresikan jiwa Seni dengan mendelegasikan kader- kader seniman dalam acara tersebut. dari kategori yang di jadwalkan panitia, antara lain Fashion Show , Parade Band, Theatre, pembacaan Puisi, kami hampir mendelegasikan semua nomor kecuali pembacaan Puisi. 

Juara 1 Fashion Show (Rendi- Phita)
fashion show diwakili oleh saudara Rendi Mahardika, dan Saudari Phita Pramestiwi dengan membawakan konsep fashion yang diadopsi dari Jember Fashion Carnival (JFC) perpaduan budaya islam dan budaya kontemporer sangat apik dibawakan oleh mereka berdua. Budaya Islam dengan Jilbab, dikombinasikan dengan Batik serta pernak-pernik mengambarkan konsep Keanekaragaman Budaya bangsa.
persaingan sangat ketat diantara dari Komisariat Sastra, FKIP, dan Komisariat dilingkungan HMI Cabang Jember

The Yakusa Band
selain penampilan Fashion Show yang banyak mencuri perhatian pengunjung, Parade band menjadi salah satu pagelaran yang cukup meriah meskipun tidak dilombakan. Delegasi dari Komisariat Fisipol adalah Lansiasrama A.k.a Rama menempati posisi lead (melodis), Pramono menempati posisi Sentral Rhytmis (Vokal-Gitar), Aldiansyah Risky menempati posisi Drummer, sedangkan untuk additional player ada seorang musisi handal dari The Mabarena yang nota bene Ketua Bidang Penelitian, pengembangan dan pembinaan Anggota (PPPA) HMI komisariat Fisipol yaitu Aulia Kamal Altatur. Penampilan Band Dari Komfis, dengan Nama "the Yakusa" membawakan lagu "Buruh tani" yang diaransemen Ulang dengan genre Rock Alternative , selain itu The Yakusa juga membawakan lagu yang sempat bertengger di Bilboard Chart yaitu "perfect" dari Simple Plan band dari Canada yang juga diaransemen ulang sedikit Rock. penampilan dari The Yakusa, membuat Graha Insani Convention Centre - Jember manjadi histeria. tidak selesai disini penampilan dari Kader Komisariat Fisipol karena setelah penampilan band The Yakusa di susul oleh penampilan Theatre yang naskahnya ditulis oleh Ketua Umum HMI komisariat Fisipol yaitu AlfianSaktidarmanto dengan Judul "Ayu ting-ting Mencari Jodoh". teater bertemakan komedi menghibur penonton karena Skuel cerita yang secara garis besar menceritakan kisah Artis Ibukota yang sedang naik daun harus mencari pencarian cinta sejati. 

Dari acara ini, kami membuktikan bahwa kami bisa, dan semoga Inspirasi dan Kekuatan Seni mampu membangun HMI menjadi terdepan dalam pembentukan Manusia-manusia yang Unggul. []
Salam satu Jiwa, Yakusa... (Admin)

Rumah baru itu kami sebut dengan “Rumah Peradaban”

Essay lepas tentang “ruang” baru Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Jember Komisariat Fisipol Universitas Jember.

Hari Sabtu, 07 Januari 2012 tepat ba’da isya, kami resmi meninggalkan rumah lama di jalan bangka 7 no 5 menuju rumah baru di jalan Belitung no 27. Tidak ada yang spesial dari pindahan rumah kali ini, karena seperti biasa orang pinadahan rumah, kami juga melakukan hal yang sama, berkemas, angkat-angkat properti, dan sebagainya.

Selama 3,5 tahun, kami berproses menjadi insan cita, suatu insan yang menjadi tujuan HMI. 3,5 tahun juga kami berproses menjadi keluarga yang tidak lagi di ikat oleh keturunan, etnis, golongan, jurusan tapi kami di ikat oleh HMI, diikat oleh komfis. 3,5 tahun kami ditemani rumah bangka 7 no 5 dalam berproses, dia adalah saksi dari lahirnya kaum intelegensia yang kami sebut sebagai insan cita.Di rumah bangka 7 no 5 juga, lalu lintas ide berlalu lalang, konstelasi politik, dan budaya komfis menjadikan kami, optimis menatap Indonesia yang lebih baik, optimis menjawab problem keumatan, optimis terhadap masa depan ijtihad keislaman.
Kembali ke prosesi pindahan rumah, pindahan rumah memberikan semangat baru, semangat untuk menciptakan budaya yang lebih baik dari yang selama ini ada pada rumah bangka 7 no 5. Semangat itu terwujud dari ide yang muncul untuk konsep dekorasi ruang tamu, konsep perpustakaan, koperasi kejujuran sampai pada ide untuk menata hal yang remeh temeh seperti tempat sandal harus aman agar angka kehilangan sandal berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.

Terinspirasi dari ruang diskusi seperti di Salihara, Teather utan kayu (TUK), Komunitas Bambu, dll, Ruang diskusi kami di rumah baru juga akan mengadopsi konsep Salihara dimana ruang diskusi harus “room of hope” ruang yang mengispirasi, maka dari itu foto tokoh Islam seperti Nurcholish Majid, Natsir, Lafran pane, Ahmad Wahib, atau bahkan dari Internasional seperti Malcom X, Yaser Arafat, Fazrul Rahman, Muhammad Abduh mengihasi Perpustakaan atau yang kami sebut sebagai ruang peradaban dan juga ruang diskusi di ruang tamu.

Konsep Perpustakaan juga sama, kami terinspirasi dari perpustakaan macam C20 Library di Surabaya, Perpustakaan Freedom Institute, dimana ketika masuk di hadapkan pada Quote tokoh yang menginspirasi, macam Soekarno “Beri aku 10 pemuda maka akan kurubah dunia” serta disertai koleksi yang lengkap dan up date dan yang lebih penting perpustakaan harus mempunyai trade mark.

Misalnya Perpustakaan C20 Library dengan spesifikasi Budaya jadi buku tentang budaya sangat lengkap. Begitu juga dengan Perpustakaan Freedom institute yang koleksi terlengkapnya adalah political sciences and philosophy of liberalism. Begitu juga dengan rencana perpustakaan kami, trand mark akan di desain dengan islamic, politic and Sosial Sciences. Upaya ini kami rintis dengan menggandeng beberapa institusi seperti Freedom Institute, Frederick Naumman Stiftung yang sudah menyupalai buku, begitu juga dengan sumbangan dari Alumni yang menghibahkan buku. Hal ini karena hanya dengan Iqra’, membaca, kami meneladani Rasullah. Meneladani beliau membangun Madinah.

Sangat Ambisius memang, tapi bukanya itu adalah awal dari segala hal yang baik. Sangat Utopis, tapi bukanya itu adalah yang sempurna seperti kata Aristoteles. Dari semagat yang membara itu kami beri Nama Rumah baru itu dengan Rumah peradaban. Tekad kami hanya satu, yakin usaha sampai [].
 
 
 
Rafli Zulfikar : Dept Data Anggota sekaligus Ketua Umum HIMAHI